Minggu, 11 Mei 2008

JALAN WINGIT, BERITA MATARAM??

Liputan bareng TV ONE
tanggal 10 mei 2008


Tanggal 10 mei 2008 pagi cerah dengan langit yang biru tanpa awan, tanpa hujan, matahari telah membangunkan aku untuk bergabung dengan beberapa crew dari TV ONE, sebut saja Mas Yoko dan temannya yang bernama Mas Heru. Dan 1 teman dekat dari Mas Yoko. Kami bertemu di hotel Wonosostro Garden, tepatnya pukul 06.30. kami berangkat dari lokasi hotel sekitar jam 8 pagi.
Tujuan pertama kali adalah Wonosari, tepatnya Desa Giring, untuk mengunjugi makam dari Ki Ageng Giring. Untuk membuat liputan mengenai Mataram dan sejarah. Sebelum berangkat kami berempat mampir dahulu ke Kotagede untuk menjemput seseorang yaitu kakak dari Mas Yoko yang bernama panggilan Mbak Yayan. Ia sebagai pemandu untuk mengunjungi situs sejarah yang berada di daerah Wonosari itu. Kebetulan neh mabak yayan ini memiliki seorang BULIK alias bude cilik alias tante yang bernama , ia seorang yang tinggal dan mengabdi di tempat itu.
Disaat perjalan menuju ketempat tersebut saya mendapatkan sebuah pelajaran yang amat penting, kebetulan saya bagian teknis, pelajaran yang saya dapatkan pertama kali adalah mengenai kamera standart broadcast. Tau ga seh? Ternyata kamera broadcast yang dibawa oleh crew tersebut berukuran besar, dengan battery dengan bobot sekitar 3 sampai 4 Kg dan pada view finder hanya dapat dilihat berwarna hitam putih saja tapi untuk hasil jadi warna. Saya mempelajari banyak dari pengaturan lensa, seperti zoom, focus, iris, white balance, dan kawan kawannya itu, ga hanya itu doang saya juga mendapatkan pelajaran bagaimana sih membawa, mengatur, dan menyimpan kamera tersebut dengan benar. Ngga hanya kamera saja ternyata ada juga bom ini sebuah alat untuk mengambil suara, di alat ini terdapat banyak bulu, yang berfungsi untuk meredam suara dari luar terutama angin. Saat pertama disuruh masang tripod, saya mengamati ternyata beda banget dengan tripod yang biasanya. Ukurannya gede, trus bawanya harus dipikul, kalau dibawa biasa cepet capek karena berat, wah klo saya bawa tiap hari bisa jadi kayak ade rai. Dan paling mengejutkan lagi ternyata neh harga semuanya bisa buat beli mobil baru, sungguh gila dan serius.
Stelah dapat pelajaran disaat perjalan saya meliat kiri kanan saya, ternyata di daerah Wonosari yang dulunya gersang menjadi sangat rindang, cocok untuk pacaran. Sesampainya di lokasi pertama saya amat terkesan dengan tempat tersebut. Tempat ini sangat sejuk, rindang, menarik, pokoKnya asik deh. Saya melihat lihat dan mengambil beberapa gambar, saya melihat sebuah pohon yang amat besar bersanding dengan padepokan Ki Ageng Giring. Pohon tersebut telah berumur sekitar ratusan tahun dengan diameter kira kira 3 meter kurang lebih. Langsung saja deh, ditempat itu kami meminta ijin dahulu kepada bulik dari Mbak Yayan. Dan akhirnya diperbolehkan untuk mengambil gambar disekitar tempat itu maupun makam. Dipadepokan itu terdapat sebuah sendang yang konon muncul air karena Sunan Kalijaga yang menancapkan tongkat, ketanah dan muncullah air yang memang digunakn untuk sholat.
Setibanya dimakam Ki Ageng Giring, kami mengambil gambar dan mewawancari juru kunci dari makam tersebut. Sebelumnya kami juga mengadakan ritual kecil untuk mendapatkan ijin dari penunggu makam tersebut dengan beberapa dupa. Ternyata di tempat itu sering digunakan untuk mencari sebuah wahyu seperti kejayaan, kekuasaan, jodoh(cocok buat yang jomblo), wangsit, dan masih banyak yang lainya. Dan uniknya neh yang datang atau mengunjungi biasanya masyarakat umum, anehnya lagi kebanyakan adalah para pejabat yang ingin mendapatkan kedudukan di pemerintahan. Ternyata banyak sekali para pejabat maupun mantan presiden yang datang untuk memperoleh kekuasaan dan jabatan.
Setelah liputan pertama di desa giring, kami segera pindah ke tempat yang selanjutnya yaitu mangiran yang ada patilasan Ki Ageng Nurboyo. Waktu yang ditempuh dari Wonosari kurang lebih 3- 4 jam karena tempat yang dituju itu belum diketahui secara jelas oleh pemandu, tidak hanya itu pula, patilasan tersebut memang disembunyikan oleh keluarga kraton karena ada factor X dan sampai kini factor tersebut belum diketahui penyebabnya.
Sesampai di Patilasan Nurboyo kami menemukan gapura yang berbentuk seperti gapura yang ada di pulau bali namun beda versi, dengan versi mataram islam. Tempat tersebut berbentuk kotak berpagar dan dibawah 2 pohon besar terdapatlah patilasan tersebut. Kami datang pada waktu sore menjelang maghrib. Informasi yang kami dapatkan dari nara sumber yang bekerja sebagai juru kunci, adalah sama yang diperoleh dari Giring, namun hanya untuk mencari kesaktian, tempat ini pernah dikunjungi oleh wiranto, gusdur, dan masih banyak lainnya.
Menjelang malam kami kembali kekota, untuk istirahat dan mempersiapkan liputan yang selanjutnya yang berada ditengah kota yaitu Pajeksan. Kami setelah selesai istirahat langsung meluncur ke Pajeksan. Sampai disana saya merasa rada ga enak feeling-nya, tapi saya berusaha buat tenang. Tempat tersebut penuh dengan anak muda yang asik meminum lapen yang hangat, alias minuman keras yang berkadar alcohol rendah.
Kami turun dari mobil langsung menuju ke lapenan untuk meminta ijin dengan pemilik tempat tersebut, dan ternyata ditolak mentah mentah. Tapi kami tidak mudah menyerah kami menghubungi penguasa daerah Malioboro yang tidak mau disebut namanya, setelah lama berlobi kami akhirnya dapat mengambil ijin, namun masih simpang siur dengan yang lain.
Ternyata tempat itu dahulunya sepi dari anak muda yang menongkrong di jalan Malioboro, kebanyakan anak muda yang bernongkrong itu adalah para seniman, anak kuliah, dan masih banyak lagi. Namun dalam waktu beberapa tahun kemudian, ada sekelompok pemuda yang beinisiatif membentuk suatu komunitas yang berada di Pajeksan. Didalam komunitas tersebut, terdapat kekeluargaan yang amat kental dan minuman yang diminum tersebut dapat mempersatukan orang orang yang disebut air perdamaian.
Ketika sedang asik wawancara dengan narasumber kami sempat kaget, karena ada pihak lain yang tidak setuju dengan pengambilan gambar di Pajeksan. Namun kami dapat mengatasi dengan mematikan lampu dari kamera, dan akhirnya kami tetap mendapatkan gambar yang diambil.
Malam semakin larut, para anak muda yang bergerombol itu mulai bepergian dari tempat itu. Kami dengan beberapa teman lama yang bertemu dilokasi itu, banyak bercerita tentang kehidupan dari tempat Pajeksan. Tempat yang menurut saya memang rada ekstrim. Sungguh membuat saya deg degan. Tapi setelah berbincang lama, perasaan saya itu musnah, karena berlainan dengan anggapan saya. Orang orang disana sungguh menarik untuk dibuat suatu cuplikan tentang kehidupan malam.
Dan waktu mulai menunjukan pukul 00.00, kami berpamitan untuk pulang ke hotel dan beristirahat. Sebelumnya kami disuguhkan dengan minuman itu berkadar rendah. Rasa manis, hangat dan melepaskan lelah. Aku melayang ke langit……huh….. I will fly…..tapi udah biasa minuman gituan….
Sampai di hotel kami istirahat, dan aku berpamitan dengan crew dari TV ONE. Akhirnya pulang juga…hehehehe…. Aku sangat terkesan dengan semua yang ada pada hari itu, aku mendapatkan banyak sekali pelajaran tidak dari teknis saja tapi dari content juga penting. Yang penting lagi aku dapat memahami dan mendapatakan pandangan lain tentang suatu kehidupan. Intinya langsung aja deh adalah kita jangan menolak suatu kesempatan emas yang telah diberikan oleh orang lain kepada kita walaupun kita kadang tidak senang, coba aja deh ga bakalan nyesel karena itu sebuah harapan yang diberikan kepada kita untuk lebih maju. Thanks a lot. ( Dento Budi Jaya Putra )


1 komentar:

Dominica Nursanti mengatakan...

asyik banget baca pengalamanmu, den. itu baru sehari bersama ya..gimana kalau kamu seminggu bersama untuk bantu liputan? bisa bayangin nggak? hehehe...welcome to the jungle!